Tuesday, June 16, 2015

makalah masyarakat dalam islam



KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini setelah melalui berbagai rintangan dan hambatan.
            Makalah ini penulis beri judul “masyarakat dalam islam”. Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama semester 1. Selain itu, makalah disusun guna memberikan informasi dan pengetahuan tentang anggapan agama (islam) dalam bertetangga dan peran umat beragama (islam) dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang agar lebih baik.








                                                                                                                                Tembilahan, 28-12-2013

                                                                                                                                                 penulis


ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………….……ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………..……iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………..…1
          Latar Belakang……………………………………………………………………………...1
BAB II ISI PEMBAHASAN ……………………………………………………………………2
          2.1 Masyarakat beradab dan sejahtera ……………………………………………………..2
          2.2 peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera ………...3
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………..7
          Kesimpulan     ………………………………………………………...................................7
DAFTAR FUSTAKA    …………………………………………………................................... 8













iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Manusia berasal dari satu diri yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan berbangsa-bangsa. Semua manusia berasal dari sumber yang satu, kemudian berkembang menjadi berbagai macam warna,ras,budaya, dan bangsa. Mereka harus tetap saling mendekati, saling menghormati dalam interaksi sosial.(Annisa:1, Alhujurat:13).
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat diartikan sebagai civil society atau masyarakat madani.  Meskipun memiliki makna dan sejarah sendiri tetapi keduanya merujuk pada semangat yang sama sebagai masyarakat yang adil, terbuka, demokratis dan sejahtera dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan  dalam kehidupan sosial.
Asal-usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Kita harus menyadari bahwa islam sangat memperhatikan adap dalam bertetangga. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tetangganya”. (Mutaffaq Alaih)
Banyak diantara masyarakat yang mungkin meremehkan adab bertetangga. Contohnya, menyakiti mereka dengan perkataan maupun perbuatan. Padahal jika masyarakat menyadari bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri dan mau menjunjung tinggi adab bertetangga akan tercipta peradaban manusia yang jauh lebih baik dan sejahtera.







1
BAB II
ISI PEMBAHASAN
A. Masyarakat Beradab dan Sejahtera
Masryarakat berarti sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Dari pengertian ini dapat dicontohkan istilah “masyarakat desa”, ialah masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama bercocoktanam, perikanan, peternakan atau gabungan dari ketiganya ini, yang sistem budayanya mendukung masyarakat itu. Masyarakat modern berarti masyarakat yang sistem perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, spesialisasi di bidang industri, dan pemakaian teknoligi canggih (Kamus Besar, l990:564).
Memperthatikan kedua istilah di atas, “masyarakat desa”, dan “masyarakat moderen”, kata kedua dalam gabungan dua kata itu, “desa” dan “modern” merupakan kualitas dari suatu masyarakat. Bertolak dari cara demikian dapat memberi suatu kualitas pada suatu “masyarakat”, umpama masyarakat tradisional, masyarakat primitif, masyarakat agamis, masyarakat beradab, masyarakat sejahtera, dan masyarakat beradab dan sejahtera. Pada contoh terakhir ini memberikan dua buah kualitas sekaligus, yaitu “beradab” dan “sejahtera”. Hal semacam ini boleh-boleh saja.
Kata beradab berarti kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budipekerti (Kamus Besar, l990:5). Sementara itu kata sejahtera berarti aman sentosa dan makmur, selamat (dari gangguan dan kesukaran - Kamus Besar, l990:795). Bertolak dari masing-masing pengertian term “masyarakat”, “beradab”, dan “sejahtera”, rangkaian kata ketiganya menjadi masyarakat beradab dan sejahtera mempunyai maksud bahwa masyarakat yang dikehendaki adalah masyarakat yang kumpulan manusianya terdiri atas orang-orang yang halus, sopan, dan baik budipekertinya supaya masyarakat tersewbut selamat dan bebas dari gangguan maupun kesukaran.





2
B. Peran Umat Beragama Dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
Masyarakat, sebagaimana masyarakat madani binaan Rasulullah, didasarkan pada Alquran dan Assunnah beliau sendiri. Petunjuk Alquran yang langsung berkenaan dengan masyarakat beradab dan sejahtera didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Tauhid
Rumusan tauhid terdapat dalam surat al-Ikhlas sebagai berikut:
Katakanlah, “Dia lah Alah Yang Maha Esa”. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula dianakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Q.S. al-Ikhlas/ll2:l-4)
Dalam ayat kedua dari surat tersebut menyatakan bahwa segala sesuatu bergantung kepada Allah swt., termasuk segala urusan yang berkenaan dengan masyarakat. Kepada Allah mereka, masyarakat, kumpulan dari orang perorang, yang memiliki sistem budaya dan pandangan hidup, menyembah dan mohon pertolongan
b. Perdamaian
Suatu masyarakat, negara, bahkan masyarakat yang paling mikro sekalipun, yaitu keluarga batih (nuclear family: suami, istri, dan anak) tidak akan bisa bertahan kebaradaannya kalau tidak ada perdamaian diantara warganya. Alquran mengatakan
Dan jika ada dua golongan orang-orang mukmin berperang (bermusuhan), maka damaikan diantara keduanya . . . sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah anatara kedua saudaramu itu (Q.S. al-Hujarat/49: 9 dan l0).
Semangat ayat itu hendaklah yang satu kepada yang lain senantiasa berbuat baik, dan tidak boleh saling bermusuhan.
c. Saling Tolong Menolong
Tolong menolong merupakan kelanjutan dan isi berbuat baik terhadap orang lain. Secara naluri, orang yang pernah ditolong oleh orang lain di saat ia tertimpa kesulitan, diam-diam ia berjanji “suatu saat akan membalas budi baik yang sedang diterima”. Di saat itu ia merasa berhutang budi.  Dlam hal tolong-menolong, Allah memerintahkan demikian:
3
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Q.S. alMaidah/5:3).
d. Bermusyawarah
Dalam bermusyawarah sering muncul kepentingan yang berbeda dari masing-masing sub kelompok atau warga. Supaya tidak ada pihak yang dirugikan atau tertindas, musyawarah untuk mencapai kata sepakat, motto yang harus sama-sama dijunjung tinggi adalah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, nikmat sama-sama dirasakan”, “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Allah berfirman:
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila membulatkan tekad (keputusan) maka bertakwalah kepada Allah (Q.S. Ali Imran/3: l59).
Musyawarah memang telah terbukti mempersatukan (ta’lluf), masyarakat (Jaelani, 2006:247).
e. Adil
Adil merupakan kata kunci untuk menghapus segala bentuk kecemburuan sosial. Aneka macam bentuk protes dan demo-demo kolosal umumnya menuntut keadilan atau rasa keadilan karena merasa dirugikan oleh mitra kerja, juragan, majikan, atau pemerintah. Jika para penguasa, majikan, juragan, dan pemegang amanah lainnya berbuat adil insyaallah kesentosaan dan kesejahteraan akan menjadi kenyataan bagi masyarakatnya karena rakyat merasa dilindungi dan diayomi, dan penguasa dihormati dan disegani.
Sifat utama adil dan keadilan amat diserukan dalam Islam. Himbauan, perintah, janji ganjaran bagi yang berbuat adil, ancaman siksa bagi yang berbuat tidak adil (curang, culas, dan lalim) Ini menandakan adil harus menjadi ciri utama bagi setiap muslim atau masyarakat muslim dalam semua urusan
f. Akhlak
Nabi Muhammad mengaku bahwa dirinya diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan akahlak manusia supaya ber-akhlaqul karimah. Pengakuan itu diwujudkan dengan tindakan konkrit beliau baik sebagai pribadi maupun dalam membangun masyarakat Islam di masanya, yaitu sebagai masyarakat yang disitir dalam Alquran:
Negeri yang baik dan Allah berkenan senantiasa menurunkan ampunan-Nya (Q.S. as-Saba’/34:15).
4
HASIL DISKUSI
1 . Coba jelaskan maksud dari marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri          melalui latihan-latihan spritual dan praktek-praktek di masyarakat ?
Jawab :kita di anjurkan untuk berlomba-lomba dalam meningkatkan atau mengembangkan kemampuan diri (bakat) yang telah di miliki oleh seseorang melalui latihan-latihan pembentukan jiwa dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat.

2. Apakah negara kita termasuk masyarakat yang beradab dan sejahtera ?
Jawab : tidak , karna di negara kita masih banyak terdapat kejahatan. Negara ruang lingkup nya terlalu besar.Dalam suatu wilayah kelompok saja terkadang masih ada terjadi kejahatan.

3 . Bagaimana solusi masyarakat yang tidak beradab ?
Jawab : adapun solusinya sebagai berikut :
            a.Tauhid
            Tauhid adalah segala sesuatu tentang ALLAH SWT. Menanamkan tauhid kepada seseorang dapat di lakukan melalui dirinya sendiri, keluarga,orang sekitar,dan pendidikan. Apabila seseorang memiliki tauhid yang tingggi maka akan terciptalah masyarakat yang beradab.
            b.Perdamaian
            Suatu keluarga atau masyarakat tidak akan bisa bertahan keberadaan nya kalau tidak ada perdamaian di antara warganya.
            c. Saling tolong menolong
            Apabila seseorang dalam kesulitan atau membutuhkan pertolongan kita wajib menolongnya. Dalam al-qur’an kita di anjurkan untuk saling tolong menolong dalam kebajikan dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
            d . bermusyawarah
            Dalam mengambil keputusan di suatu kelompok atau masyarakat hendaklah bermusyawarah agar tidak ada pihak yang di rugikan


5
            e .adil
            Adil merupakan kata kunci untuk menghapus segala bentuk kecemburuan sosial. Sifat utama adil dan keadilan amat di serukan dalam islam,tidak memandang status orang tersebut. Apabila sifat adil dimiliki insyaallah akan tercipta kesentosaan dan kesejahteraan dalam masyarakat.
            f. akhlak
            Apabila seseorang memiliki akhlak yang baik maka hidupnya akan bahagia dan sejahtera, sebaliknya bila seseorang memiliki akhlak yang buruk maka hidupnya akan sengsara















6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat akhir zaman.
Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.











7
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an al karim
‘Abd al-Baqi, Ahmad Fuad , al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim.
Indonesia:Maktabah Dahlan, [t.th.].
Daud Ali,Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
“Departemen Pendidikan &kebudayaan”, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
:PN.Balai Pustaka, l990.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, al-Munqid min ad-Dalal.Su
Rabaya: Salim Nabhan, [t.th.].
Jaelani, Aan, Masyarakat Islam dalam Pandangan al-Mawardi, Bandung: Pusta-
Ka, 2006.
Lidinillah, Mustofa Anshori (et all), Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Filsa-
Fat UGM, 2006.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriah, l976.
Syahbana, S.Takdir, Values as Integrating Forces in Personality, Society, and
Culture. Kuala Lumpur: University Malay Press, l982.
Syadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara. Jakarta: Universitas Indonesia,l990.
at-Turmuzi, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa Ibn Sauroh, Sunan at-Turmuzi al-Jami’ ash-Shahih, Juz III. Semarang: Maktabah wa mathba’ah Taha Putra [t.th].
http://modulislam.blogspot.com/2009/11/normal-0-false-false-false_7937.html



8

No comments:

Post a Comment